Artikel ditulis oleh: Budz Kay - 3 October 2006
![]() Bila anda menginginkan artikel yang sama namun dengan gaya bahasa formal dan sopan silahkan lihat versi artikel yang ditulis oleh Budz Kay untuk media cetak (misal: tabloid Komputek, dsb)
PAGE 1 of 2 |
![]() |
Videocard di segmen harga $200-an merupakan pilihan yang paling ideal bagi gamer dari sisi harga maupun performa, karena performa video card di segmen kelas menengah tersebut umumnya masih cukup powerful untuk menjalankan game-game 3D terbaru sekalipun, namun dengan harga yang tergolong masih lebih murah dibanding harga sebuah game console seperti Playstation2. Di segmen mainstream tersebut ada 2
kandidat yang paling menarik dari nvidia dan ATI yaitu Geforce 7600GT dan Radeon X1800GTO. Salah satu alasan kenapa VGA dengan budget $200 sangat ideal buat para gamer adalah karena performa videocard di segmen harga tersebut sudah layak untuk memanfaatkan fitur spesial efek yang kini sedang populer yaitu HDR (High Dynamic Range). Sedangkan VGA dengan budget $100-an biasanya masih terlalu loyo untuk menjalankan game dengan fitur HDR diaktifkan. Pada awalnya, Geforce 7600GT muncul lebih dulu di pasaran dan sempat membuat ATI kalang kabut karena performa 7600GT tak mampu ditandingi oleh X1600XT yang semula diposisikan oleh ATI untuk kelas menengah. Akhirnya ATI terpaksa mengeluarkan X1800GTO yang tak lain adalah vga kelas high-end (X1800XL/XT) yang diturunkan performanya.
Geforce 7600GT merupakan generasi penerus
6800GT sedangkan X1800GT menggantikan X800GT.
Bila melihat dari spesifikasi teknisnya, di atas kertas X1800GTO terlihat jauh lebih unggul daripada Geforce 7600GT. Theoritical fillrate & memory bandwith X1800GT terlihat jauh diatas Geforce7600GT. Namun teori diatas kertas dapat saja berbeda dengan kenyataan benchmark menggunkan game betulan. Diatas kertas, Geforce 6800GT maupunn
X1800GTO juga terlihat lebih unggul daripada Geforce 7600GT, padahal dalam kenyataannya
pada benchmark 3DMark 2006 Geforce7600GT mampu menghasilkan score lebih tinggi.
Geforce 7600GT merupakan videocard kelas menengah yang telah menggunakan generasi GPU (Graphic Processing Unit) terbaru, yaitu G73. GPU generasi baru ini lebih adem & hemat energi dibanding pendahulunya yaitu G70 yang digunakan pada seri Geforce 7800. Untuk kelas high-end, Geforce 7800 sudah digantikan oleh Geforce 7900 yang juga menggunakan GPU generasi baru yang masih serumpun dengan G73, yaitu G71. Karena diposikan untuk segmen yang berbeda, Geforce 7600GT (G73) dan 7900GT (G71) juga dipasangkan pada board dengan memory interface yang berbeda pula. Geforce 7600GT menggunakan memory interface 128-bit DDR3, sedangkan Geforce 7900GT 256-bit DDR3. Meski demikian keduanya mengusung fitur
yang sama. Geforce 7600GT juga dibekali fitur-fitur terkini seperti ShaderModel 3 dan High
Dynamic Range (HDR). HDR merupakan fitur unggulan yang dipopulerkan oleh nvidia. Meski
sebenarnya ATI lebih dulu mengimplementasikannya. Pengaruh nvidia yang kuat terhadap para developer game, membuat HDR makin banyak diimplementasikan pada game-game terbaru. Nvidia bahkan berhasil merayu beberapa developer game untuk mengimplementasikan HDR yang sifatnya eksklusif, sehingga tidak akan tampil bila menggunakan videocard selain nvidia. Sebagai contoh: HDR pada game FarCry & Serious Sam 2 tidak akan muncul bila menggunakan videocard ATI yang telah mendukung HDR sekalipun. Sekalipun patch terbaru pada FarCry dan Serious Sam 2 akhirnya bisa mengaktifkan HDR pada ATI, namun ini dilakukan setelah kurun waktu yang sangat lama. Tampaknya developer gamenya sengaja "menunda" support HDR untuk videocard ATI, agar hanya pengguna nvidia saja yang mampu menikmati efek-efeknspesial tersebut.
X1800GTO lahir dari kepanikan ATI atas munculnya 7600GT. X1600XT yang semula diandalkan oleh ATI untuk kelas menengah ternyata dengan mudah ditumbangkan oleh 7600GT. Akhirnya ATI mengeluarkan jurus lamanya yaitu menggunakan video card kelas high-end yang pipelinenya "cacat" untuk ditarungkan di kelas menengah. X1800GTO tak lain adalah X1800XL "cacat" yang jumlah pipelinenya semula 16 dipotong jadi tinggal 12. Berbeda dengan Geforce 7600 dan 7900 yang menggunakan jenis GPU dan memory interface yang berbeda (G73 128 bit, G71 256 bit), X1800GTO dan X1800XL mengggunakan GPU R520 yang sama serta memory interface DDR3 yang juga sama-sama 256-bit. Oleh karena itu bentuk fisik videocard X1800GTO dengan X1800XL/XT sama persis. X1800GTO bisa jadi merupakan produk
high-end (X1800XL/XT) yang sebagian pipeline GPU-nya rusak, kemudian di-disable, lalu
dipasarkan sebagai produk mid-end. Itu adalah jurus lama yang telah dilakukan ATI semenjak
era Radeon 9500. Karena X1800GTO menggunakan tipe GPU & board yang sama dengan saudaranya di kelas high-end, videocard ini juga membutuhkan power tambahan dari connector yang ada pada ujung videocard, ini menandakan kebutuhan daya yang jauh lebih besar daripada Geforce 7600GT yang tidak memiliki connector power extra Radeon X1800GTO juga dibekali fitur-fitur
terkini seperti ShaderModel3 dan HDR, tapi sayangnya fitur HDR ATI seringkali tidak
kompatibel dengan beberapa game. Ini akibat hubungan ATI yang kurang kuat dengan
para game developer. Game FarCry dan Serious Sam 2 yang semula oleh developernya
dioptimalkan untuk ATI, ternyata malah hanya memberikan dukungan HDR untuk videocard
Nvidia. Sebenarnya secara teknis, Radeon seri
X1300/1600/1800/1900 memiliki keunggulan yang tak dimiliki GPU Geforce seri 7xxx, yaitu
mampu mengaktifkan HDR dan Anti-Aliasing secara bersamaan. Namun lagi-lagi karena hubungan
ATI yang kurang kuat dengan para developer game, menyebabkan jarangnya game yang dapat
mengaktifkan kedua fitur tersebut berbarengan. Selain relasi dengan developer game yang kurang kuat, team programmer driver ATI juga terkesan kurang mumpuni. Salah satu problem utama yang akhir-akhir ini sering dikeluhkan pengguna videocard ATI adalah implementasi driver control panel ATI yaitu, Catalyst Control Center yang sangat rakus memakan resource memory. Control panel ini akan menyebabkan system komputer anda kehilangan 50MB resource memory. Selain itu, instalasinya pun merepotkan karena harus menginstall dulu dot net framework . Lebih parahnya lagi, respon Catalyst Control Center sangat lamban dan ada jeda yang cukup lama setiap kita melakukan perubahan setting. Setelah sekian lama, problem tersebut masih terjadi hingga detik ini. Tampaknya team programmer driver ATI memang tidak setangguh nvidia. Implemenatasi overclock pada videocard ATI juga tidak seefisien Nvidia. Pada videocard Nvidia setting overclock dipisah dalam 2 mode, yaitu mode 2D (desktop) dan 3D (game). Jadi efek overclock hanya aktif ketika anda bermain game saja, sedangkan sewaktu di desktop clock berjalan default (karena overclocking memang tidak diperlukan bila dalam mode desktop). Sedangkan ketika videocard ATI dioverclock, maka setting overclocknya akan tetap aktif baik pada mode 2D maupun 3D, sehingga videocard akan disiksa dengan clock tinggi sekalipun anda sedang berada di desktop.
HDR sering disebut-sebut sebagai fitur unggulan videocard modern. Untuk mengetahui apa itu HDR simak penjelasan berikut ini.... High Dynamic Range (HDR), adalah teknologi
pencahayaan yang memungkinkan kalkulasi floating point untuk efek cahaya yang berhubungan
dengan gambar yang dirender. HDR memproses cahaya yang berkaitan dengan lingkungan sekitar
dan mengatur intensitas (brightness) sumber cahaya atau efek dari sumber cahaya tersebut,
agar tampilannya menyerupai keadaan di alam nyata. HDR merupakan sebuah cara lain dari pemrosesan light values dari pixel-pixel, karena HDR dikalkulasikan pada GPU pipeline secara berbeda dibanding metode color-coding konvensional (standard RGB). Metode RGB menghasilkan gambar yang flat dan tak punya dimensi. Pengertian dari Dynamic Range itu
sendiri adalah rasio dari nilai terbedar dari suatu signal hiongga nila terendah yang
dapat diukur. HDR memfasilitasi penggunaan nilai warna
diluar batas normal dengan tujuan agar dapat tercipta tampilan 3D yang lebih realistis.
Perlu dibedakan antara HDR dengan Bloom. Efek Bloom pada dasarnya adalah metode untuk membuat blur bagian warna putih. Ini biasanya untuk membuat efek over-exposure ala HDR, namun cenderung membuat gambar menjadi kabur dan kehilangan banyak detail.
HDR merupakan fitur efek pencahayaan yang
akhir-akhir ini naik daun. Sebetulnya HDR sudah disupport oleh ATI semenjak jaman Radeon
9700, hanya saja ATI kurang mampu mempopulerkan standard HDR mereka, sehingga keberadaan
fitur ini tidak terdengar. Standard HDR yang digunakan pada seri
Nvidia Geforce 7 adalah OpenEXR. OpenEXR adalah sebuah metode HDR rendering
yang sangat presisi, dan menawarkan support untuk floating point 16bit maupun 32bit. Standard OpenEXR sebenarya sudah ada pada
arsitektur Geforce 6 (dengan kombinasi DirectX 9.0c). Sedangkan OpenEXR baru mulai
disupport oleh ATI semenjak generasi X1800. Nvidia mengimplementasikan standard HDR
OpenEXR ini dengan bekerja sama dengan beberapa produsen game. Salah satu diantaranya
adalah developer game FarCry yaitu Crytek. Game-game lainnya yang menggunakan HDR Open EXR
antara lain Serious Sam2, Splinter Cell, dan Age of Empires III. Farcry sendiri sebenarnya merupakan game
lawas yang kemudian dijadikan pilot project oleh Nvidia dengan cara memberikan
patch yang mensupport HDR yang hanya bekerja untuk videocard Nvidia tentunya. Sekalipun
patch versi terakhir (1.4) kabarnya akan memberikan support HDR untuk ATI, namun
developernya sengaja mengulur-ulur waktunya. Berbeda dengan Nvidia yang cenderung
mengajak game developer untuk mengimplementasikan HDR yang bersifat eksklusif, ATI justru
mengajak game developer untuk menggunakan standard metode HDR yang kompatibel dengan semua
videocard. Contohnya adalah pada game Half Life2.
Saat ini ATI menggembar-gemborkan
keunggulan fitur Radeon seri X1000 (1300/1600/1800/1900) yang mereka anggap tak dimiliki
oleh Geforce seri 7, yaitu kemampuan menjalankan HDR+AA bersamaan. Statement tersebut
sebenarnya agak "menyesatkan". Secara umum dapat dikatakan bahwa kemampuan
HDR+AA lebih banyak ditentukan dari metode HDR yang diterapkan pada game tersebut.
Disinilah peranan Nvidia dalam mempengaruhi game developer untuk menggunakan metode mana
yang dianggap menguntungkan Nvidia. Jadi kemampuan HDR+AA yang
diunggul-unggulkan ATI sebenarnya juga bisa dilakukan oleh Geforce7, sebab bisa tidaknya
HDR+AA lebih banyak ditentukan dari gamenya (tergantung metode HDR yang dipakai). Oleh
karena itulah pendekatan Nvidia selalu mengarah ke developer game.
Setelah membahas plus-minus chip grafis
Geforce 7600GT dan Radeon X1800GTO, kini akan dibahas berbagai merk videocard yang
menggunakan kedua jenis chip grafis tersebut. Diferensiasi menjadi kian sulit mengingat
produsen chip grafis (nvidia & ATI) menetapkan penggunaan standard reference board,
sehingga praktis tidak ada perbedaan secara hardware. Untuk membedakan reference board mereka
dengan produk yang sama milik kompetitor, mereka umumnya melakukan diferensiasi pada
bentuk pendingin dan clock default yang lebih tinggi dari standard.
Produsen motherboard no.1 di dunia ini memilih menggunakan nvidia reference board design untuk produk 7600GT-nya. Dengan kata lain tidak ada diferensiasi yang dilakukan ASUS dalam hal layout board , pendingin, chip memory, dan clock speed. ASUS melakukan diferensiasi dalam hal pemberian bundle software (aplikasi video monitoring, utility Asus splendid, game King Kong, dll) Board yang digunakan ASUS adalah board referensi warna hijau berlogo nvidia dengan pendingin referensi yang tidak menutupi chip memory Samsung yang digunakan. Clock default juga memilih mengikuti referensi standard, yaitu 560/700(1400) untuk GPU dan memory.
Meski memilih design board & cooler "generik", ASUS tampaknya memilih grade chip GPU yang lebih bagus ketimbang yang digunakan oleh Pixelview. Oleh karena itu sekalipun bentuk fisik 7600GT ASUS dan Pixeview sama persis, namun GPU 7600GT ASUS mampu dioverclock lebih tinggi, yaitu 625Mhz, sedang Pixelview cuma 595Mhz saja. Untuk memory keduanya sama-sama mampu dioverclock ke 845Mhz, karena baik ASUS & Pixelview menggunakan chip Samsung 1.4ns yang sama, yaitu versi batch 604.
ASUS Geforce 7600GT termasuk salah satu videocard dengan harga termurah dari semua yang diuji disini. Meski harganya termasuk yang termurah namun kemampuan overclocknya tergolong lumayan bagus. Yang jelas lebih bagus daripada Pixelview 7600GT yang lebih mahal dan kemampuan overclocknya lebih rendah.
Seperti ASUS, Pixelview juga menggunakan nvidia reference board design dan reference cooler yang suaranya berisik untuk produk 7600GT-nya. Yang membedakan 7600GT Pixelview dengan ASUS adalah penggunaan grade GPU yang lebih rendah sehingga kemampuan overclocknya lebih rendah daripada 7600GT ASUS. Di kalangan overclocker, videocard Pixelview memang terkenal memiliki kemampuan overclock yang rendah. Ini terbukti pula pada Geforce 7600GT milik mereka yang hanya mampu dioverclock ke 595/845 saja. Hal ini menjadikan Pixelview 7600GT memiliki kinerja overclocking yang paling rendah dari yang lain.
Penggunaan grade GPU yang kurang overclockable mungkin dilakukan Pixelview untuk menekan biaya. Namun anehnya harga jual Pixelview ternyata lebih mahal dibanding ASUS yang notabene lebih unggul dari sisi merk dan kemampuan overclocknya. Memory yang digunakan Pixelview sama dengan
ASUS, yaitu Samsung 1.4ns versi lama (604) yang performa overclocknya tidak setinggi
Samsung 1.4ns versi baru (622) yang digunakan oleh videocard EVGA. Karena Pixelview 7600GT menggunakan
reference board & reference cooler, maka secara fisik hardware jelas tidak ada
diferensiasi yang dilakukan Pixelview.Yang dilakukan Pixelview hanyalah membuat box.
Sementara itu videocardnya mereka tentu tak perlu mendesign/membuat sendiri, tapi cukup
membeli jadian dari pabrikan yang membuat reference board.
Dari semua videocard yang diuji, ini adalah satu-satunya produk asal Amerika. Pada kemasannya tertera tulisan "Made in USA", namun boardnya tentu saja bukan buatan Amerika karena juga menggunakan nvidia reference board yang sama seperti ASUS dan Pixelview. EVGA merupakan produsen videocard yang cukup populer di Amerika, hal ini bisa dimaklumi karena pusatnya memang bermarkas di California, sehingga dari sisi kualitas boleh dibilang sesuai standar Amerika. Oleh karena itu produsennya berani memberi lifetime warranty (sekalipun distributornya di indonesia hanya menggaransi 1 tahun saja). Sekalipun board yang digunakan standard referensi nvidia, namun EVGA melakukan diferensiasi dalam hal pendingin, chip memory, dan patokan clock standard. Berbeda dengan pendingin referensi, pendingin EVGA lebih besar sehingga ikut menutupi (mendinginkan) chip memory.
Chip memory Samsung 1.4ns yang digunakan juga menggunakan revisi yang lebih baru dibanding memory Samsung 1.4ns yang digunakan pada 7600GT milik ASUS dan Pixelview, sehingga kemampuan overclock memory chip pada E-VGA 7600GT ini lebih tinggi. Selain memilih chip Samsung 1.4ns versi lebih baru yaitu batch 622, EVGA juga memilih grade GPU terbaik, hingga mereka berani mematok clock defaultnya pada 580/750(1500) yang notabene diatas standard resmi nvidia.
EVGA 7600GT merupakan satu-satunya peserta
test yang clock defaultnya diatas standard nvidia.
Meski EVGA merupakan merk populer di Amerika, namun di Indonesia gaungnya kurang terdengar. Merknya jelas tidak setenar peserta lain. Biasanya hal ini akan menyulitkan penggunanya bila ingin menjual kembali karena sudah bosan. Dengan kata lain harga bekasnya cenderung jatuh (kecuali bila merk E-VGA populer).
Sebagai produsen motherboard no.2 di dunia, Gigabyte memilih tidak menggunakan board hijau referensi Nvidia, namun memproduksi board buatan mereka sendiri yang tentu saja berwarna biru khas Gigabyte. Meski layout board Gigabyte 7600GT berbeda dari referensi standard nvidia, namun secara fisik, panjang cardnya masih sama dengan standard nvidia, sehingga tidak akan berbenturan dengan komponen lain di motherboard. Sebagai diferensiasi tambahan di sisi non-hardware, Gigabyte memberikan bonus game Serious Sam II . Untuk urusan clock speed, mereka masih menganut refererensi standard nvidia yaitu 560/700(1400). Di sisi hardware, selain diferensiasi dalam hal board layout, Gigabyte juga menggunakan design pendingin jenis heat-pipe tanpa fan yang mereka namakan Silent-Pipe II. Heatsink dual-slot dengan tampilan keren ini dibuat dengan kualitas material terbaik. Tampilan pendingin yang keren inilah yang menjadi daya tarik utama Gigabyte 7600GT.
Sekalipun bekerja tanpa fan, design &
kualitas heatsinknya yang bagus mampu mendinginkan GPU sebaik standard reference cooler
nvidia yang dilengkapi fan. Andai anda menambahkan fan (misal: fan casing) tentu hasilnya
akan lebih baik lagi. Namun sayangnya design pendinginnya tidak
dirancang untuk ikut menutupi chip memory yang digunakan.
Meski clock defaultnya menganut referensi standard nvidia, namun Gigabyte memilih menggunakan grade GPU terbaik yang mampu dioverclock hingga 650Mhz (sama seperti grade GPU yang dipakai E-VGA).
Sedangkan karena chip memory Infineon pada Gigabyte 7600GT tidak dilengkapi pendingin, maka overclock maximalnya hanya 875Mhz(1750), atau sedikit dibawah kemampuan memory Infineon pada E-VGA 7600GT yang dilengkapi pendingin.] Harus diakui bahwa heatsink silent pipe II
yang digunakan pada videocard ini merupakan nilai plus bagi orang yang menginginkan
keheningan dan tampilan keren, apalagi dengan menggunakan design tanpa fan anda tentu tak
perlu khawatir akan rusak/turunnya performa fan yang kerap terjadi pada beberapa videocard
setelah pemakaian 1 tahun. Meski heatsink silent-pipe umumnya disukai
kebanyakan pengguna, namun seorang overclocker hardcore yang ingin menggantinya
dengan VGA waterblock (watercooling) akan kecewa karena heatsink silent pipe bawaan
videocard ini lebih sulit untuk dibongkar. Dalam hal garansi, distributor Gigabyte di
indonesia berani memberikan garansi paling lama diantara yang lain, yaitu 3 tahun.
Sebagai produsen videocard no.1 di
dunia, MSI mungkin merasa gengsi bila harus menggunakan board hijau referensi Nvidia.
Sehingga mereka memilih memproduksi sendiri board 7600GT yang berwarna merah khas MSI. Salah satu diferensiasi paling menarik yang dilakukan oleh MSI adalah jenis pendingin yang digunakan. MSI melengkapi 7600GT mereka dengan dual-slot cooler ukuran raksasa yang dilengkapi heat pipe dan fan. Ukurannya sangat besar sehingga ikut menutupi chip memory yang digunakan. Ini membuat tampilannya keren ala VGA high-end.
Selain keren, heatsinknya juga menggunakan fan yang jauh lebih hening daripada fan standard reference. Airflownya juga dirancang untuk menyedot udara dingin dari luar casing, tidak seperti kebanyakan videocard lain pada umumnya. Hebatnya lagi, penggunaan pendingin canggih ini tidak menjadikan harga jual MSI 7600GT lebih mahal, sebaliknya videocard MSI ini adalah yang termurah diantara yang lain. MSI bahkan masih mampu memberikan bundle game King Kong sebagai bonus. Sepertinya faktor yang menyebabkan MSI mampu menjual board keren mereka dengan harga murah adalah karena mereka memproduksi board mereka sendiri dan mereka menggunakan komponen electrolytic capacitor yang notabene lebih murah daripada solid capacitor yang umum digunakan pada reference board.Meski videocard ini dibekali pendingin yang istimewa, namun sayangnya MSI tidak menggunakan grade GPU dan chip memory yang baik. Akibatnya kemampuan overclocknya tidak segarang tongkrongan fisiknya, yaitu cuma mencapai 620/830 saja.
Meski videocard MSI 7600GT menggunakan
jenis chip memory Infineon yang sama dengan yang digunakan pada Gigabyte 7600GT, namun
anehnya memory di videocard MSI ini hanya mampu stabil digenjot sampai 830(1660)MHz saja.
Jauh lebih rendah dibanding memory infineon pada Gigabyte yang sanggup melaju hingga
875(1750)MHz.
Mungkin rendahnya kemampuan overclock videocard MSI dibanding Gigabyte disebabkan karena perbedaan design antara keduanya, selain itu MSI juga terlihat tidak menggunakan solid capacitor sama sekali pada board mereka.Menyadari hal itu MSI mematok clock default sesuai dengan referensi nvidia saja. Paling tidak dengan berbekal pendingin raksasa ini, MSI 7600GT menjadi peserta dengan suhu yang paling dingin (lebih rendah 3C-5C ) dibanding 7600GT merk lain.
Dan yang jelas, dengan tampilan paling keren & harga termurah, videocard ini sangat berpotensi memikat konsumen dibanding yang lain.
GeCube adalah satu-satunya duta ATI yang mengirimkan X1800GTO mereka untuk bertarung dengan 7600GT. Tampaknya keberadaan X1800GTO ini cukup langka di pasaran, bahkan HIS yang merupakan produsen pendukung setia ATI ternyata juga tidak memiliki X1800GTO di distributor mereka. Kelangkaan X1800GTO ini bisa dimaklumi, mengingat selama ini varian "GTO" memang dikenal sebagai edisi terbatas yang tercipta dari produk kelas high-end yang memiliki pipeline cacat dan dijual lebih murah untuk ke kelas menengah. Sebagai produk yang aslinya untuk kelas high-end, performa X1800GTO tentu sanggup membuat 7600GT kelabakan di beberapa benchmark. Gecube X1800GTO menggunakan board referensi
ATI, dan berjalan di clock standard referensi ATI pula, yaitu 500/500(1000). Karena menggunakan design board yang sama
persis persis dengan X1800XT (kelas high-end), maka ukuran boardnya adalah yang terpanjang
di seluruh jajaran videocard kelas menengah. Tampilan fisik Gecube X1800GTO terkesan sebagai barang high-end, tidak seperti kebanyakan Geforce7600GT yang tampilan reference board-nya seperti videocard kelas menengah/value. Dari sisi garansi, distributor Gecube di Indonesia berani memberikan garansi 2 tahun 1 to 1 replacement, sebuah kebijakan yang patut mendapat acungan jempol. Seperti videocard X1800GTO standad
referensi ATI lainnya, videocard ini menggunakan HSF berkualitas baik. Ini terlihat dari
jumlah sirip-sirip tembaga yang banyak serta tipis. Kualitas heatsink yang bagus pada X1800GTO diperlukan karena pada dasarnya Geforce X1800GTO memiliki karakteristik suhu yang panas. Hal ini bisa dilihat pada perbandingan temperatur di halaman selanjutnya
Sekalipun X1800GTO tergolong videocard yang
panas, namun videocard lansiran Gecube ini masih mampu dioverclock hingga 575/675(1350).
|
©2006 Budz Kay
Webdesign, All rights reserved
please contact webmaster for any
web related problem