Artikel ditulis oleh: Budz Kay - 23 Juli 2008
![]() Bila anda menginginkan artikel yang sama namun dengan gaya bahasa formal dan sopan silahkan lihat versi artikel yang ditulis oleh Budz Kay untuk media cetak (majalah / tabloid) PAGE 1 of 6 |
Lima tahun yang lalu, tepatnya di
tahun 2003, ATI sempat berjaya dengan monster andalan mereka yaitu Radeon 9700 yang mampu
melumat NVIDIA tanpa ampun. Sesudah tahun 2003, yang diperoleh ATI hanyalah cacian dan cercaan, terutama dari REVIEWLAND...
Semenjak 5 tahun terakhir ini,
ATI harus hidup menderita di bawah dominasi NVIDIA. Tanpa kenal ampun NVIDIA menggerogoti
penjualan videocard ATI, yang tentunya semakin diperparah dengan ulah REVIEWLAND yang
rajin mencaci-maki berbagai produk ATI yang dirilis di pasaran.
Berbagai kekalahan produk videocard ATI oleh NVIDIA tentu dapat anda lihat pada beberapa artikel REVIEWLAND tentang kekalahan ATI di tahun 2006, tahun 2007, kekalahan ATI oleh kehadiran Geforce 8800GTS, dan juga buruknya kualitas gambar ATI karena dominasi NVIDIA di industri gaming Radeon HD2900XT (R600) dan Radeon HD3870 (RV670) yang diluncurkan di era 2007 hanya menjadi contoh sejarah produk gagal di pasaran, dan tentu saja membuat ATI lagi-lagi jadi bahan tertawaan NVIDIA.
Cukup kontras dengan nasib ATI, kesuksesan selama 5 tahun berturut-turut membuat NVIDIA menikmati kehidupan yang serba glamor dan bergelimang kemewahan. Pada akhir tahun 2007 hingga pertengahan
2008, NVIDIA bahkan mencapai puncak kejayaannya berkat larisnya penjualan Geforce 8800GT. Harta yang kian menumpuk membuat NVIDIA mulai dimabukkan oleh anggur kemenangan......hingga tak sadar bahwa maut telah mengintip dari dasar neraka.
Disaat NVIDIA menari-nari di atas awan sambil menyanyikan lagu kemenangan bersama para malaikat hijaunya di surga. ATI dengan dendam membara telah mempersiapkan "kekuatan jahat dari neraka" yang mampu menembak jatuh malaikat NVIDIA dari surga. Tepatnya pada awal bulan Juli 2008, disaat malaikat NVIDIA sedang asyik tertidur lelap di atas ranjang uangnya, ATI telah mengirim Setan merah bernama Radeon HD4850 untuk merontokkan kerajaan langit NVIDIA......
Dengan berbekal 800 Stream Processor, Radeon HD4850 dikirim langsung dari neraka untuk menembak jatuh malaikat kesayangan NVIDIA yaitu Geforce 8800GT. Geforce 8800GT yang selama ini telah memberikan harta & kekayaan berlimpah bagi NVIDIA, kini harus meratap dalam tangis kengerian untuk menghadapi setan merah yang bernama Radeon HD4850.....
Ibarat binatang buas yang selama ini dikunci di dasar neraka, Radeon HD4850 selama ini hanya menunggu saat yang tepat untuk dilepas dari sangkarnya. NVIDIA selama ini memang tak pernah melihat apa yang sedang bersembunyi di dasar neraka, karena hari-hari NVIDIA hanya dipenuhi pesta dan tarian kemenangan bersama para malaikatnya yang cantik-cantik itu. NVIDIA bahkan tak pernah menduga bahwa ATI
bakal mampu memberikan kekuatan sebanyak 800 SP pada setan merah yang dilepas dari
kandangnya tersebut. Dalam kenyataannya, Radeon HD4850 ternyata
mengusung jumlah Shader Processor nyaris 2X lebih banyak dari rencana semula. Kinerja 800 SP yang hebat dan harga jual
yang murah telah membuat pesta kemenangan NVIDIA terhenti mendadak. Tepatnya pada dini hari di awal bulan
Juli 2008, setan merah ATI telah bangkit dari dasar neraka dan mulai menembaki malaikat
NVIDIA...dan akhirnya kerajaan langit NVIDIA langsung runtuh dalam semalam.... *
Di bawah tekanan dominasi NVIDIA, ATI sebenarnya jauh-jauh hari telah mempersiapkan sosok videocard yang dianggap mampu membunuh malaikat kesayangan NVIDIA yaitu Geforce 8800GT. ATI tahu benar bahwa kunci kesuksesan
Geforce 8800GT selama ini adalah kinerja yang bagus dengan harga jual yang tidak terlalu
mahal, yaitu berkisar $200. Cukup dengan memberikan kinerja lebih tinggi serta harga jual yang sama-sama berkisar $200, maka upaya pembunuhan terhadapa Geforce 8800GT diyakini bakal berhasil. Upaya pembunuhan tersebut dilakukan oleh
Radeon HD4850 ketika NVIDIA tengah gencar-gencarnya memperkenalkan seri GT200 yang mahal
tersebut.
Strategi NVIDIA selama ini adalah membuat
dulu GPU kelas high-end baru kemudian dibuat versi murahnya. Sedangkan ATI justru merubah
strateginya untuk lebih fokus dulu membuat GPU kelas mainstream, baru kemudian membuat
varian high-end (dengan dual-GPU) dan kemudian low-end (dengan pemotongan stream
processor). Bila GPU kelas mainstream tersebut sukses,
maka dapat langsung dibuat solusi high-end nya dengan menggabungkan 2-buah GPU mainstream
tersebut (Dual GPU CrossFire). Dan seiring waktu versi low-end akan dibuat dari GPU kelas
mainstream yang didowngrade (biasanya dari GPU yang cacat sebagian stream processornya). Oleh karena itulah ATI seolah tak peduli dengan langkah NVIDIA yang berambisi memasarkan videocard GT200 di segmen high-end. Karena cukup dengan merilis Radeon HD4850 yang mampu merontokkan Geforce 8800GT ternyata dapat berimbas pada hancurnya seluruh fondasi NVIDIA.
Dan keberhasilan strategi tersebut terbukti dengan kemunculan Radeon HD4850 yang telah menyebabkan NVIDIA kehilangan mesin uang utamanya (yaitu di segmen $200). Hal ini akhirnya membuat NVIDA terpaksa melakukan diskon harga besar-besaran untuk semua videocard mainstream mereka, yang tentunya juga berimbas pada penurunan harga videocard high-end mereka secara prematur. Ini tentu sangat fatal karena diskon mendadak tersebut membuat NVIDIA mengalami kerugian terutama pada segmen high-end yang biasanya masih belum balik-modal. Hal inilah yang juga membuat harga saham NVIDIA langsung rontok.
Menurut ATI, sekarang bukan jamannya lagi membuat GPU dengan ukuran raksasa (large monolithic chip) yang biaya produksinya mahal. ATI telah belajar dari kesalahannya pada GPU R600 (Radeon HD2900XT) yang ukuran GPU-nya besar dan mahal. Anehnya NVIDIA kini malah melakukan kesalahan yang dulu pernah dilakukan ATI dengan merilis GT200 (Geforce GTX 260, GTX 280) untuk kelas high-end, yang ukuran GPU-nya sangat besar dan biaya produksinya sangat mahal. Untuk membuat videocard yang dapat laris terjual banyak di pasaran, tentu dibutuhkan kemampuan untuk memproduksi GPU dengan biaya rendah. Dalam hal ini ATI lebih berpeluang untuk melakukan hal tersebut mengingat semenjak era RV670 (Radeon HD 3800) ATI telah melakukan transisi ke proses produksi 55nm. Proses
manufacturing 55nm membuat chip RV770 dapat dibuat dengan dimensi yang lebih kecil, yang
artinya biaya produksinya lebih rendah.
NVIDIA justru terlambat untuk beralih dari teknologi produksi 65nm ke 55nm. Mayoritas videocard NVIDIA yang beredar di pasaran masih dibuat dengan teknologi 65nm. Hanya Geforce 9800GTX+ saja yang telah menggunakan 65nm, namun hadir di saat yang tidak tepat karena orang telah berbondong-bondong pindah ke Radeon HD4850.
Kesuksesan si setan merah menembak jatuh malaikat kesayangan NVIDIA tentu bukan semata karena penetapan harga yang tepat (murah) saja, namun juga karena kinerja tinggi dan fitur yang dibawa oleh GPU RV770 yang digunakan pada Radeon HD4850. Berikut ini beberapa fitur unggulan pada GPU RV770...... FITUR GAMING: - TeraScale Graphics Engine - Enhanced Anti-Aliasing &
Anisotropic Filtering - DirectX 10.1 - ATI CrossFireX Technology - PCI Express 2.0 - Power to Spare
FITUR VIDEO: - Unified Video Decoder 2 - Upscale Beyond 1080p - On-chip HDCP - HDMI
FITUR EFISIENSI DAYA: -ATI PowerPlayTM Technology -Energy Efficient Manufacturing
Process
Bukan cuma harga murah saja yang membuat NVIDIA kaget setengah mati, namun juga perombakan arsitektur pada RV770. Tanpa diduga-duga oleh NVIDIA. ATI ternyata
mampu mendongkrak jumlah Stream Processor pada RV770 dari rencana semula 480 SP menjadi
800 SP. Seiring dengan jumlah Stream Processor yang ditingkatkan menjadi 800SP tersebut, arsitektur RV770 juga mengusung berbagai peningkatan seperti fast double precision (FP64) processing, thread generation, integer bit shift ops, dan data sharing antar thread in flight. RV770 memberikan peningkatan kinerja Anti
Aliasing (AA) dan Z/Stencil sebanya 2x lebih besar dibanding pendahulunya (RV670) Salah satu perombakan besar pada arsitektur
RV700 adalah peningkatan kinerja Anti-Aliasing (AA). Bahkan pada RV770 ini ATI memperkenalkan fitur AA baru yaitu Edge Detect CFAA filter yang mampu meningkatkan kualitas gambar AA dengan mode 12x dan 24x, namum hanya memakan memory sebesar mode 4x dan 8x MSAA. Dalam hal fitur video, RV770 juga mengimplementasisakan UVD2 yang merupakan peningkatan dari UVD generasi pertama dengan menambahkan fitur yang tidak ada pada pendahulunya yaitu dual-stream playback hardware accelerated DVD upscaling. Sedangkan dalam hal efisiensi daya, ATI juga mampu mengejutkan NVIDIA. Setelah selama ini dikenal sebagai produsen GPU yang boros daya, kini ATI mengimplementasikan clock gating yang mampu menurunkan clock GPU dan memory jika GPU dalam kondisi idle. Secara keseluruhan, arsitektur RV770 membawa 7 perombakan besar yang sungguh mengejutkan NVIDIA, yaitu pada jumlah stream processors, texture units, memory controller, render back-ends, dedicated AA hardware, clock gating, dan video processing engine (UVD 2) Tapi hal yang paling mengejutkan lagi adalah, ATI mampu melakukan semua perombakan dan peningkatan kinerja ini dengan hanya penambahan jumlah transistor sebanyak 44% saja.
Banyak orang yang mengatakan bahwa jumlah
Stream Processor yang sangat banyak pada videocard ATI adalah tipuan marketing belaka. Sebab jumlah Stream processor pada arsitketur ATI memang betul-betul banyak (bukan tipuan). Hanya saja dalam pelaksananya kinerjanya ekuivalen dengan jumlah Stream Processor yang lebih sedikit pada arsitektur NVIDIA. Untuk lebih jelasnya lihat penjelasan detail berikut ini mengenai jumlah Stream Processor sebanyak 800 SP pada RV770.... - APA ITU SPU Inti dari GPU adalah Stream Processing Unit (SPU). Pada dasarnya SPU pada arsitektur ATI sama dengan SPU pada arsitektur NVIDIA, yaitu setiap SPU memiliki 3 basic Arithmetic Logic Unit yang mampu melakukan kalkulasi matematis floating point sederhana seperti penambahan dan pengalian. Meski ada beberpa perbedaan antara ATI dan
NVIDIA dalam metode kalkulasi, namun pada dasarnya jumlah SP pada ATI dan NVIDIA memang
dapat dibandingkan secara langsung. - DARIMANA JUMLAH 800SP BERASAL Arsitektur RV770 memiliki 80 buah Stream Processor Unit (SPU) yang dikelompokkan menjadi 1 SIMD Core. Secara total RV770 memiliki 10 SIMD core. Sehingga dari sinilah jumlah 800 SP tersebut berasal (80 SPU x 10 SIMD Core)
- MSPU PADA ARSITEKTUR RV770
Satu hal yang paling membedakan antara arsitektur ATI dan NVIDIA adalah adanya Multi Stream Processing Unit (MSPU) pada RV770. MSPU ini memiliki 4 buah basic SPU (Stream Processing Unit) ditambah 1 buah SFU (Special Function Unit). SFU mampu melakukan apapun yang dapat dilakukan SPU, ditambah kemampuan kalkulasi transendental seperti logaritma dan trigonometri. Meski MSPU terdiri dari beberapa SPU, namun
seringkali beberapa SPU tersebut hanya ekuivalen kinerjanya dengan sebuah SPU pada
arsitektur NVIDIA. Karena tidak semua software mengoptimalkan MSPU pada arsitektur ATI, dan juga karena shader processor NVIDIA yang berjalan pada kecepatan jauh lebih tinggi, maka dalam prakteknya kinerja sebuah MSPU yang terdiri dari 5 SP tersebut dapat dianggap ekuivalen dengan 1 SP saja pada arsitektur NVIDIA. Karena RV770 memiliki 800SP dimana setiap
MSPU dianggap memiliki 5 SPU, maka boleh dianggap bahwa RV770 sebenarnya memiliki 160 MSPU
yang kinerjanya ekuivalen dengan 160SP pada arsitektur NVIDIA. Meski demikian, saking banyaknya SP yang dimiliki oleh RV770, sekalipun dibagi 5, jumlahnya masih 160SP (800SP:5=160SP) yang berarti jumlahnya masih jauh lebih banyak ketimbang jumlah SP pada arsitektur G92 yang maximum cuma 128 SP saja. Bahkan Geforce 8800GT yang merupakan target pembunuhan Radeon HD4850 hanya memiliki 112SP saja. Saat ini sebagian besar developer software memang masih belum mengoptimalkan MSPU (jumlah SP yang sangat banyak) pada arsitektur ATI. Maklum saja, selama ini NVIDIA memang relaisnya lebih kuat dengan developer software. Selain itu optimalisasi MSPU akan menambah kompleksitas pemrograman. Sehingga para developer software akan lebih senang untuk melakukan pemrograman menurut cara NVIDIA yang lebih simple, yang artinya jumlah SP yang luar biasa besar pada RV770 tersebut tidak terpakai secara optimal. Hal tersebut berlaku juga dengan kinerja
komputasi RV770 yang secara teori luar biasa besar, yaitu 1 TeraFLOP hingga 1.2 TeraFLOP.
Kinerja setinggi ini tentu bahkan dapat membuat Radeon HD4850 secara teori bisa
mengalahkan Geforce GTX280 yang harganya jauh lebih mahal (cuma 0.933 TeraFLOPs). Akhirnya segalanya kembali lagi pada apakah ATI dan NVIDIA mampu mempengaruhi para developer sofware untuk membuat kode pemrograman yang mampu mengoptimalkan arsitektur GPU mereka. Dan dari pengalaman yang lalu, NVIDIA terbukti lebih mampu mempengaruhi developer software karena memilki dana lebih besar.
Selama ini ATI selalu mengagung-agungkan memory controller Ring-Bus. Namun tampaknya kini mereka menyadari bahwa Ring-Bus adalah sebuah ketololan terbesar dalam sejarah teknologi memory controller videocard. ATI telah menggunakan memory controller Ring-Bus semenjak 3 generasi terakhir, dan kini akhirnya mereka telah menyadari ketololannya, dan memutuskan untuk tidak mengunakannya lagi pada arsitektur RV770. Di era arsitektur R600 (Radeon HD2900XT), ATI dengan bangganya memperkenalkan memory controller Ring-Bus 512-bit yang mampu menghasilkan memory bandwith tinggi. Namun sebenarnya itu sebuah kesalahan yang cukup fatal karena menyebabkan biaya produksi jadi sangat tinggi, padahal memory controller tersebut tidak terlalu efisien dalam menggunakan resource-nya, yang akibatnya kinerja R600 juga tak mampu mengalahkan arsitektur GPU NVIDIA yang menggunakan memory controller konvensional. Selain kendala dari sisi biaya produksi yang mahal, memory controller Ring-Bus juga membuat penambahan wire-channel pada chip menjadi makin sulit, yang pada akhirnya membuat biaya pengembangan produksi jadi lebih tinggi juga.
Penggunaan memory controller Ring-Bus sebenarnya merupakan biang kerok yang menyebabkan mahalnya harga videocard ATI, dan itu pula yang membuat ATI selama ini kalah dalam persaingan dengan videocard NVIDIA. Oleh karena itu siapapun yang mencetuskan ide memory controller Ring Bus, seharusnya sekarang berada di balik jeruji penjara, karena selama ini telah mengarahkan ATI ke jalan yang sesat.
Kini pada arsitektur RV770, ATI menggunakan memory controller konvensional yang tersebar ke 4 titik dan masing-masing didampingi oleh Render Back End dan L2 Cache. Tujuan konfigurasi penempatan seperti ini adalah untuk meningkatkan efisiensi memory, yang ujungnya berimbas pada kinerja yang tetap tinggi sekalipun Anti-Aliasing (AA) digunakan. Memory controller pada RV770 juga mendukung memory GDDR5, meski pada Radeon HD4850 digunakan GDDR3 untuk menekan harga. Memory DDR5 hanya digunakan pada Radeon HD4870 yang tentunya dijual dengan harga lebih mahal ($300).
Ketika NVIDIA masih mendominasi, produsen
chip grafis ini bersikap sangat pelit dalam memberikan lisensi teknologi SLI mereka kepada
produsen chip grafis lain yang mereka anggap sebagi ancaman. Ketika videocard Geforce masih digandrungi orang, kondisi tersebut kadang membuat orang terpaksa menggunakan motherboard berchipset Nforce karena ingin menggunakan 2 buah videocard Geforce. Padahal sesungguhnya kinerja dan kemampuan overclock chipset Nforce jauh lebih buruk ketimbang chipset Intel. Namun karena NVIDIA pelit dan terlalu protektif dengan teknologi yang dimilikinya, maka pengguna prosesor Intel terpaksa harus menggunakan chipset bobrok NVIDIA hanya demi bisa merasakan SLI. Namun mengingat saat ini videocard ATI Radeon lebih digandrungi ketimbang NVIDIA Geforce, maka tidak ada lagi alasan yang tepat untuk membeli motherboard berchipset Nforce. Karena lebih baik mereka menggunakan solusi CrossFire pada motherboard berchipset Intel yang kinerja dan kemampuan overclocknya jelas-jelas lebih baik. Apalagi semenjak era chipset intel P965, CrossFire sudah disupport.
Kepelitan NVIDIA dalam memberikan lisensi SLI kepada Intel kini justru menjadi menjadi bumerang, karena saat ini bakal tak akan ada satupun pengguna motherboard berchipset Intel yang berniat membeli videocard NVIDIA (terutama karena kinerja ATI Radeon yang lebih baik). Selain itu tidak adanya fitur SLI pada motherboard berchipset Intel juga akan membuat pengguna videocard Geforce yang ingin menaikkan kinerja akan memutuskan untuk menjual videocardnya, dan menggantinya dengan ATI Radeon. Karena untuk melakukan SLI di motherboard berchipset Intel tentu tidak dimungkinkan. Chipset intel terbaru, yaitu intel X48
bahkan telah mendapat lisensi ATI CrossFireX (4-slot). Jadi hadirnya motherboard X48 yang
memiliki 4-slot PCIe sudah diambang pintu. Pengguna prosesor AMD (Phenom), juga telah dapat merasakan 4-Way CrossFire pada motherboard berchipset AMD790FX yang sudah beredar di pasaran Indonesia beberapa bulan yang lalu
Hingga detik ini masih banyak orang yang berpikir bahwa motherboard adalah segalanya. Bahkan ada orang yang mati-matian membeli motherboard high-end seharga $200 ke atas hingga kehabisan uang dan terpaksa menggunakan VGA card seharga $100-an. Itu adalah contoh ketololan dalam merakit sebuah PC Gaming. Perlu diingat bahwa dalam merakit PC
Gaming, motherboard hanyalah sebuah "tatakan" alias KARPET.
Oleh karena itu, bila motherboard ibaratnya
hanyalah karpet, maka VGA card ibaratnya adalah RANJANG tempat anda bercengkerama dengan
nyaman. Dalam merakit sebuah PC Gaming yang powerful tapi efisien, maka harga motherboard yang digunakan sebaiknya cuma SETENGAH dari harga VGA card yang dipakai. Sebab bila harga motherboard yang dipakai lebih dari itu (atau bahkan lebih mahal dari harga VGA card), maka artinya anda menuju ke arah pemborosan (atau bahkan ketololan). Jadi bila anda menggunakan Radeon HD4850
yang harganya $200, maka idealnya harga motherboard yang dipakai cukup berkisar $100 saja. Bila anda berencana untuk membuat
konfigurasi CrossFire dengan menggunakan 2 buah videocard Radeon HD4850, maka satu-satunya
motherboard chipset intel P45 yang kemampuan overclocknya bagus tapi harganya sangat murah
hanyalah BIOSTAR T-series TP45 HP. Lebih baik gunakan uang anda untuk membeli VGA card mahal ketimbang motherboard mahal. Sebab kinerja gaming bukan ditentukan oleh motherboard, tapi VGA card.
Benchmark 3DMark yang dibuat oleh Futuremark selama ini selalu menjadi barometer pengukuran kinerja videocard. Kehadiran 3D Mark Vantage yang baru-baru ini muncul ternyata semakin memperparah kondisi NVIDIA, karena benchmark ini ternyata mampu memanfaatkan keunggulan arsitektur GPU ATI. Di samping ini adalah score benchmark yang dihasilkan Radeon HD4850 dalam kondisi standard. Bahkan Geforce 9800GTX (dengan 128SP) sekalipun masih kalah scorenya oleh Radeon HD4850, apalagi Geforce 8800GT yang cuma berbekal 112SP
Sebagai reaksi atas kekalahan Geforce 8800GT oleh Radeon
HD4850, NVIDIA baru-baru ini dalam kondisi panik mengumumkan penurunan harga Geforce
9800GTX ke level $200 untuk diposisikan melawan Radeon HD4850. Perlu diingat bahwa penurunan harga secara mendadak yang diumumkan oleh NVIDIA tidak begitu saja direalisasi di pasaran. Sebab jutaan videocard Geforce 8800GT dan 9800GTX tentu telah beredar di pasaran dengan harga lama. Sehingga tentu saja mustahil harga videocard tersebut diturunkan oleh para produsen & distributor videocard yang sudah terlanjur memproduksi / men-stok dengan harga lama. NVIDIA boleh saja mengumumkan diskon harga secara sepihak, tapi yang menjual videocard bagaimanapun juga bukanlah NVIDIA sendiri tapi produsen videocard & distributornya. Sebagai "pedagang", para produsen videocard & distributornya tentu tak akan mau menjual barang stoknya dengan harga rugi. Jadi pengumuman penurunan harga besar-besaran dari NVIDIA pun tak akan mereka gubris dan akhirnya membuat NVIDIA kini dimusuhi oleh para distributor (dan juga konsumen) yang merasa dirugikan. Dengan kondisi penjualan videocard NVIDIA yang kini sangat lesu (bahkan nyaris tak ada penjualan sama sekali untuk segmen $200-$300), membuat barang stok lama dengan harga lama sepertinya tak akan habis terjual. Sehingga harga Geforce 8800GT & 9800GTX tetap saja bertahan seperti harga lama di pasaran. Oleh karena itu, pada saat artikel ini
ditulis (Juli 2008), harga Geforce 8800GT di pasaran Indonesia masih saja berkisar
$230-$240. Yang berarti masih lebih tinggi ketimbang harga Radeon HD4850. FAKTA: Saking lesunya penjualan videocard NVIDIA saat ini, hingga baru-baru ini perwakilan vendor videocard NVIDIA dari Taiwan datang ke Indonesia (Surabaya) untuk menanyakan toko-toko yang kini enggan menjual videocard NVIDIA. Perwakilan tersebut sepertinya datang terlambat, karena sebelumnya REVIEWLAND telah memberi kabar kepada toko-toko bahwa videocard NVIDIA di segmen $200-$300 kini tak layak dijual lagi kepada konsumen....
Pada halaman berikutnya anda akan menyaksikan pertempuran Radeon HD4850 dengan Geforce 8800GT, Radeon HD3870, dan Geforce 9600GT, yang semuanya merupakan videocard yang berada di kisaran harga $200....
|
©2008 Budz Kay
Webdesign, All rights reserved
please contact webmaster for any
web related problem